Memasyaratkan PMI Melalui diseminasi Kepalangmerahan



Berfoto bersama, sayang aku hanya sebagai tukang foto :'(


Mendapat kesempatan untuk menghadiri diseminasi PMI pada 15-16 September 2016 memberikan sebuah pengalaman tersendiri bagiku. Begitu pula yang sengaja dilakukan PMI untuk memasyarakatkan kegiatan yang ada kepada khalayak.
Diawali dengan sesi demi sesi kuikuti. Pada hari pertama (15 September 2016) di Sesi pertama dengan sebuah materi tentang peran pemuda dalam memasyarakatkan program PMI. Sesi ini diisi oleh H. Muhammad Muas, SH yang menjabat sebagai Ketua PMI Pusat Bidang Sukarelawan.
Muchtar selaku Ketua Panitia Diseminasi PMI, 15-16 September 2016
Pada materi ini berisikan tentang sejauh mana peran dari seorang pemuda dalam kegiatan dan program yang digelar oleh PMI. Muas mengawali dengan bercerita tentang peranan PMI dari awal berdirinya pada konferensi Jenewa. Sebelum konferensi Jenewa tersebut, Muas mengarah kepada pendiri PMI yaitu Henry Dunant, seorang pemuda yang berkebangsaan Swiss. Henry Dunant yang juga seorang pengusaha dengan sukarela menolong korban pada pertempuran Solferino pada tahun 1859 lebih tepatnya 24 Juni 1859.
Muas juga melanjutkan bagaimana peranan pemuda dalam menolong sesama baik dalam kondisi perang ataupun dalam kondisi bencana. Muas memberikan sebuah gambaran tentang wilayah Indonesia yang berpotensi besar terhadap bencana, diantaranya yaitu gunung berapi di Indonesia yang aktif saat ini yaitu 128 dari 500 yang ada. Lebih dari ¼ gunung yang ada.
Muas juga melanjutkan bahwa peranan pemuda yang begitu besar ini memberikan sebuah masukan bahwa tindakan sebagai relawan menjadi penting dengan tujuan yaitu lillahi ta’ala. “Jika ingin mencari uang, bukan di PMI tempatnya,” ujar Muas pada diseminasi PMI yang berlangsung di kantor PMI DKI Jakarta, Jl. Kramat Menteng Jakarta.
Karyawan yang ada di PMI semuanya itu tidak seberapa dan jauh di bawah, toh mereka semua yang bekerja merasakan ikhlas yang begitu penting dengan tujuan membantu sesama. Apalagi peran sebagai relawan. Dan untuk memberikan upah tersebut, dana dari masyarakat yang memberikan sumbangan.
Oleh sebab itu, mari bersama menciptakan iklim kerelawanan di hati kita.
Bertanya dulu ah, di sesi pak M. Muas

Berlanjut kepada sesi kedua materi tentang donor darah yang diisi oleh Dr. Fierlita Rini, M. Biomed. Materi ini juga mengajarkan tentang makna sebuah donor dalam hal membantu sesama. Dr. Fierlita menjelaskan donor darah mulai dari syarat fisik seseorang untuk bisa ikut serta dalam donor darah, hingga kepada proses darah dari sang donor hiingga kepada pasien yang membutuhkan darah.
Dan pada hari pertama di sesi terakhir yaitu diisi oleh Ujang Sungkawa, SKM, M.Si yang juga seorang relawan PMI dan saat ini menjabat sebagai sekretaris PMI Kota Jakarta Barat periode 2012 – 2016. Ujang Sungkawa mengisi sebuah materi tentang Kepalang Merahan.
Muhammad Muas (kiri) dan Ujang Sungkawa (kanan)

Diawali dengan sejarah palang Merah mulai dari Henry Dunant yang menolong korban kepada pertempuran Solferino di tahun 1859. Lalu Henry Dunant pada tahun 1862 mennulis bukut dengan mengangkat 2 gagasan yaitu membentuk organisasi sukarela yang disiapkan di masa damai untuk menolong korban perang, serta membuat perjanjian internsional untuk melindungi korban perang (serta melindungi relawan yang membantu dinas kesehatan militer).
Dari buku yang ditulis oleh Henry Dunant akhirnya terciptalah Komiet Internationa Palang Merah (ICRC) pada tahun 1863, Federasi Internasional Perhimpunan Palang Merah dan Bulan Sabit Merah (IFRC) pada tahun 1919, dan Perhimpunan Nasional Palang Merah/Bulan Sabit Merah pada tahun 1864.
ICRC merupakan organisasi kemanusiaan yang netral, tidak berpihak dan mandiri yang semata-mata melaksanakan tugas kemanusiaan untuk melindungi kehidupan dan martabat korban-korban perang dan kekerasan dalam negeri serta memberi bantuan kepada mereka.
IFRC lebih mengedepankan kepada meningkatkan derajat hdup masyarakat rentan dengan memobilisasi kekuatan kemanusiaan.
Dan Perhimpunan Nasional lebih bersifat mandiri dimana pada satu negara hanya ada satu lambang Palang Merah atau Bulan Sabit Merah dengan 7 prinsip dasar yaitu Kemanusiaan, Kesamaan, Kenetralan, Kemandirian, Kesukarelaan, Kesatuan, dan Kesemestaan.
Dan pada materi ini terjadi sebuah distorsi dimana saat ini status PMI masih belum disahkan karena adanya kepentingan politik sehingga Indonesia bisa dikatakan masih belum memiliki Perhimpunan Nasional tersebut.
Oleh sebab itu pada kesempatan tersebut PMI juga berharap agar segera disahkan bahawa satu negara, satu lambang dan satu gerakan yaitu hanya PMI saja.
Materi dari pagi hingga sore hari memberikan sebuah pembelajaran yang berarti.

Lanjut ke hari kedua (16 September 2016), dimana pada hari kedua lebih mengarah kepada pertolongan pertama.
Di hari Jumat yang barokah mendapat materi yang berarti tentang pentingnya pertolongan pertama (PP) bagi masyarakat. Diisi oleh dua pemateri yang berkolaborasi membuat hari Jumat semakin mubarokah adanya, yaitu Rusli, ST dan Herman, S.Kom.
Pada dasaranya Pertolongan Pertama (PP) yaitu sebuah pemberian pertolongan segera kepada penderita sakit/cedera yang memerlukan penanganan medis dasar.
Dengan tujuan PP diantaranya yaitu menyelamatkan jiwa penderita, mencegah cacat, serta memberikan rasa nyaman dan menunjang upaya penyembuhan.
PP ini juga terdapat dasar hukum yang mengikat yaitu pasal 531 KUHP yang berbunyi kewajiban memberikan pertolongan kepada orang yang dalam bahaya maut serta pada pasal 322 KUHP tentang penyelenggara medis harus menjaga kerahasiaan penderita yang ditolong.
Materi ini sangat rugi untuk ditinggalkan karena peserta juga dilatih dalam melakukan PP yaitu Circulation Support, Airways Controls, Breathing Support, dan diakhiri dengan latihan pemindaian pada korban saat luka ataupun patah tulang.
Breathing Support (bantuan pernafasan)


Pasrah menjadi volunteer korban Patah Tulang untuk dilakukan pemindaian

Dan surprisenya aku juga memberanikan diri menjadi seorang korban untuk dilakukan pemindaian pada diriku. Semakin menarik, dan membuat ingin ikut lagi jika ada kesempatan dari PMI.
Dan sesi demi sesi sungguh berguna bahkan aku mewakili dari blogger memberikan testimoni terhadap kegiatan yang dilakukan oleh PMI. Berharap segera disahkannya RUU PMI agar menjadi sebuah tindakan satu negara, satu lambang dan satu gerakan.
Kegiatan yang bermanfaat dan keesokan harinya harus merayakan ulang tahun PMI yang ke 71.
Selamat ultah PMI yang ke-71, 17 September 1945 – 17 September 2016.
Foto ultah PMI

Komentar

Postingan Populer