Menulis Sebagai Obat dan Terapi

Ki-Ka: Aida, Risma, Nin Soe (dokpri)


Pernahkah merasakan baper (baca: bawa perasaan) dalam hidup? Jawaban so pasti sering, iya dong. Baca info yang ada di media sosial dengan adanya status keberhasilan dan kesuksesan seseorang pasti membuat baper. Kondisi ini membuat aku harus mendatangi sebuah kegiatan di Kopi Medina, Jl. M. Kahfi 1 No.1 Ciganjur, Jakarta Selatan.

Kualihkan kegiatanku di sabtu siang menuju Kopi Medina. Kegiatan launching buku dari seorang penulis yang melahirkan novel berjudul Renjana Untuk Arini. Penulis novel dengan nama pena Nin Soe menyelesaikan novelnya dalam jangka 1,5 bulan. Disela waktu belajar beriringan dengan membuat novel begitu membara bagi Nin Soe, sehingga karya fiksi novelnya bisa selesai dalam jangka yang singkat.

Nin Soe melahirkan karya ini ternyata diawali pula dari rasa baper yang menerpa dirinya. Dengan bermodalkan tekad dan niat yang kuat, serta izin dari suaminya ia pun melahirkan novel yang unik tersebut. Bagi Nin Soe cerita novelnya itu memiliki tiga hal yang unik yaitu berbeda dari novel kebanyakan, ceritanya membuat sedikit pemikiran baru, dan juga akan membuat rasa baper dari tiap kata dan halaman yang ada.

Menangani dan menemani Nin Soe dalam menyelesaikan cerita novelnya yaitu Risma El-Jundi. Risma yang pernah menghasilkan novel yang kuat dari segi penokohan dan cerita ini menjadi mentor dari Nin Soe saat pelatihan menulis novel yang diadakan oleh Maslamah Publishing.

Risma mengakui bahwa cerita yang disampaikan oleh Nin Soe dalam novel Renjana untuk Arini memang sebuah rasa baper yang unik. Ternyata sebagagi wanita yang pernah merasakan baper ini juga mengalami awal-awal menulis dengan baper. Ya, Risma El-Jundi sebelum terjun dalam dunia menulis dengan bekerja. Setelah resign dari pekerjaan dan berusaha sibuk di rumah dengan mengurus anak dan beberapa bisnis pun mulai dibangun. Rasa baper muncul saat melihat status seseorang di medsos menampilkan sebuah karya novelnya.

Risma bercerita bahwa dalam kepenulisan novel memang awalnya dirinya bukanlah seorang penulis. Hanya bermodal suka membaca dan menulis buku harian berupa diary, akhirnya dirinya terjun di dunia kepenulisan pada tahun 2011. Novel yang ditulisnya diawali untuk diikutkan dalam sebuah lomba. Namun, karyanya gagal masuk sebagai pemenang, bahkan finalis pun tak tehirup auranya. Dari situlah mulai diperbaiki.

Namun, siapa sangka jika ternyata ada sebuah penerbit yang mengungkap novelnya unik dan akan diterbitkan pada sebuah penerbit major. Terbitlah novelnya karya Risma. Risma pun mulai menunjukkan rasa kebaikan. Dirinyapun menjadikan menulis sebagai lahan untuk berkarya dan perempuan harus produktif. Dirinya pun mencoba membuat sebuah terapi diri dengan menulis.

Risma menjelaskan bahwa terapi kesehatan dengan mengungkapkan tulisan secara rutin tiap hari. “Perlu dijadwalkan setiap jam berapa setiap harinya untuk menulis,” begitu kata Risma. Menulis itu sebagai terapi dan mengungkapkan emosionalitas dan ekspresi kejiwaan. Hal ini bisa mengurangi rasa baper dan mengobati diri sendiri dari penyakit yang ada.

“Siapa yang mengenal dirinya, dia akan mengenal Tuhannya,” ungkap Risma. Risma pun memberikan sebuah metode terapi kejiwaan bahwasanya setiap manusia ada masa harus bersahabat dan mengenal diri lebih jauh. Hal ini dengan sebutan terapi pengobatan. Setiap bangun tidur pun harus berkomunikasi degan diri sendiri. Ini bermanfaat untuk lebih produktif dan selalu berpikiran positif atas pemberian Tuhan.

Nah, di kegiatan yang berlangsung hingga menjelang waktu maghrib itu juga ada sebuah terapi yang diberikan oleh Risma. Dengan memejamkan mata, peserta yang hadir mengikuti intruksi yang diberikan oleh Risma sebagai awalan dalam terapi diri. Peserta juga merasakan sebuah kenikmatan dan rasa mendalam menyatu kepada dirinya melalui terapi pengobatan.

Kegiatan berakhir, dan selaku sebuah kegiatan launching sebuah novel juga dilakukan dengan penandatangan berupa maket novel dari penerbit Maslamah oleh Aida M A selaku CEO, Risma El-Jundi selaku mentor, dan Nin Soe selaku Penulis. Penyerahan maket dan  novel pun berlangsung dan diberikan dari penerbit Maslamah Publishing kepada Nin Soe. Sebuah penghargaan dan juga sebuah tantangan untuk peserta untuk bisa menulis novel juga tentunya.

Komentar

  1. Mengenal diri sendiri pun sebenarnya kadang sulit dilakukan, tp sebenarnya kalau berhasil dilakukan, aku pun kadang gitu, dan baper kadang sulit dibendung hehehe..

    BalasHapus
  2. wah terimakasih telah menjadi inspirasi ya, sukses selalu ya :D

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan Populer