Salawaku: Cinta Berikan Makna Akan Arti Meninggalkan dan Ditinggalkan
Film
bertemakan anak, selalu mengundang rasa kebahagiaan. Salawaku, sebagai
contohnya, film berdurasi 1 jam ini mengambil latar Ambon Maluku dengan
eksotika keindahannya.
Film
ini diawali dengan adegan awal tentang kepergian Binaiyya, usi (kakak [Ambon]) Salawaku,
dari kampungnya di Pulau Ceram. Alasan Binaiyya karena adanya masalah yang
dihadapinya akan membuat malu dirinya dan juga kampungnya. Kepergian Binaiyya secara
diam-diam tanpa diketahui oleh Salawaku.
Efeknya, Salawaku
yang seorang anak yang duduk di bangku SD akhirnya diejek (dibully) oleh teman-teman
di sekolahnya karena kepergian usinya dari kampung. Dengan rasa malu teramat
karena sering diejek, bukan saja di sekolah namun juga di kampung, Salawaku
mencoba mencari usi ke Piru.
Sebelum
kepergiannya secara diam-diam ke Piru, Salawaku memberitahukan Kawanua (orang yang dipercaya oleh Salawaku) untuk
bisa pergi ke Piru, namun Kawanua berusaha melarang Salawaku untuk pergi. Dengan
terpaksa Salawaku pergi seorang diri dengan mengayuh sampan Kepala Kampung yang
dicurinya.
Salawaku singgah ke pulau lain
sebelum menuju ke Piru. Namun, Salawaku akhirnya bertemu dengan Saras, seorang
wisatawan yang tersesat di pulau tersebut. Berniat membantu Saras, justru
masalah mereka memberikan ruang untuk dipecahkan hingga tercapainya sebuah
kebahagiaan.
Kepergiaan Salawaku yang mencuri sampan akhirnya diketahui oleh pimpinan kampung. Kawanua ditugaskan untuk mencari Salawaku serta sampan yang dicurinya tersebut.
Rasa kegigihan Salawaku akhirnya memberikan sebuah pencerahan untuk bisa memahami dunia dan permasalahannya.
Saras pun akhirnya menemani
Salawaku untuk mencari usinya Salawaku. Dengan perjalanan yang begitu teramat
berdentang, akhirnya berikan pencerahan makna dari film ini. Saras memiliki
masalah yang cukup pelik, yang juga dialami oleh Binaiyya. Namun, Kegigihan
Saras bisa melerai sifat kerasnya Kawanua untuk bisa menemani dan menikahi
Binaiyya menjadi istrinya. Saras memastikan Kawanua bahwa masalah itu yang akan
menghadapi diri sendiri, bukan ditentukan oleh perkataan orang lain, meski
jalan itu terasa berat. Pesan ini cukup mengena dalam dialog yang dilontarkan
Saras kepada Kawanua.
Pesan teramat baik dalam film,
juga dilontarkan dalam dialog Saras kepada Binaiyya. Rasa bersalah Saras akan
sifat buruknya dengan hamil di luar nikah, bahkan hingga menggugurkan anaknya.
Kepergian Saras ke Kampung Ceram tersebut justru untuk mencari kehidupan
teramat indah untuk melupakan pria yang telah menjadi pacar sekaligus
menghamilinya. Namun dengan kejadian yang dialami Saras justru membuatnya ingin
berbagi dengan memberikan pesan kehidupan kepada Kawanua agar menjadi pria yang
bertanggung jawab, menjadi ayah dan istri Binaiyya.
Ada sebuah keunikan lain dalam
film ini yang kental dengan kearifan lokal. Terlihat jelas sepanjang film
dengan eksotika Kampung Ceram, bahkan ada pula kuliner yang dilontarkan yaitu
adanya sebuah makanan khas Ambon, Maluku yaitu Papeda. Papeda yang terbuat dari
Sagu dan air panas ini melambangkan sebuah keeratan dalam hubungan kekeluargaan
dengan semakin terasa kenyal dan lengketnya.
Tentu saja, film ini tak urung
dari adanya kelemahan. Adanya sebuah tayangan alkohol menandakan bahwa film ini tidak diperuntukkan untuk anak-anak, seharusnya. Namun, pesan film ini justru cukup baik membantahnya dengan adegan dialog Saras dan Kawanua yaitu bahwa alkohol tidak diperuntukkan
untuk anak-anak, dan orang dewasa karena bisa memabukkan. Dibalik
fenomena yang terjadi pada layaknya manusia bahwa film ini juga berikan makna
lain bahwa hidup ini tentang meninggalkan dan ditinggalkan, dan cinta akan
berikan arti keindahan hidup.
Komentar
Posting Komentar