Aku dan Hari Esok, Masih Adakah Asa di Negeri Perbatasan?
Poster Film Aku dan Hari Esok (dok. Aku dan Hari Esok) |
Teman Yudis bernama Ferdi dengan profesi sebagai pengemudi kapal. Adanya
iklim perbatasan tersebut, kapal memang masih menjadi alat transportasi. Hal
ini disebabkan karena daerah perbatasan, dengan kritik sosial yaitu sebuah
wilayah dengan negeri yang berbeda. Bahkan dalam hal berbelanja juga masih
digunakan menggunakan mata uang negara Malaysia. Menyedihkan sekali kisah
negeri perbatasan.
Kisah persahabatan yang terjalin antara Yudis dan Ferdi, tentu
menjadikan film ini semakin hidup. Sebuah kritikan dari Ferdi kepada Yudis pun
terngiang untuk kondisi pendidikan saat ini. Ya, kritikan bahwa guru honorer
yang mengabdi di daerah tersebut, jika sudah diangkat menjadi PNS, pasti akan
meminta untuk dimutasi. Namun, sebuah kegigihan dan jiwa pendidiknya, Yudis
menangkal pernyataan Ferdi. Hal ini menjadi sebuah kesalutan agar para pendidik
memang haruslah memiliki jiwa tersebut. Dan perlu diingat bahwa setiap warga
negara Indonesia layak mendapatkan pendidikan, yang sesuai dengan UUD 1945
pasal 1 dan 2.
Yudis dan Istrinya (dok. Aku dan Hari Esok) |
Di lain hal, Yudis memiliki istri yang sedang hamil tujuh bulan. Istri
Yudis merasakan kemirisan di tengah kebutuhan hidup yang melambung tinggi,
Yudis masih memiliki semangat untuk mewujudkan pendidikan kepada Seba. Ya, Seba
adalah anak yang pintar namun harus rela tidak sekolah dan bekerja di hutan
karena tuntutan perekonomian keluarganya. Seba dan keluarganya juga tidak
memiliki kewarganegaraan yang masih belum diakui. Dan dengan alasan
kewarganegaraan tersebut, Seba diperkenankan untuk ikut bersama Yudis, dan
menjadi anak angkat Yudis. Sebagai wujud kepedulian Yudis namun ternyata ada
sebuah momen bahwa orang tuanya Seba akan diusir dari wilayah perbatasan. Tentu
saja menghilangnya orang tua Seba dikarenakan adanya status warga negara.
Memang status kewarganegaraan masih menjadi permasalahan yang patut
diperhatikan oleh pemerintah Indonesia. Inilah sebuah otokritik kepada
Indonesia terhadap daerah perbatasan.
Kisah Seba dan Tika juga menarik disimak bahwa kedekatan Seba yang
memiliki rasa persahabatan menjadi kuatnya pesan dalam film ini untuk
menjadikan orang lain sahabat bukan musuh. Tika yang merasa tersaingi,
menganggap Seba adalah musuhnya. Namun, Seba justru menjadikan Tika sebagai
sahabatnya. Dan memberikan kesempatan kepada Tika untuk bersama-sama mewujudkan
satu impian untuk ikut serta dalam lomba Ki Hadjar.
Persahabatan Yudis dan Ferdi (dok. Aku dan Hari Esok) |
Film ini memiliki kekurangan terutama pada adegan bagaimana kisah Seba
setelah kehilangan orang tuanya dan penyebab utama orang tuanya menghilang. Kisah
tentang arti pendidikan juga kurang dieksplor untuk menjadikan film ini dengan
akhir yang bahagia.
Dan layaknya film tentu saja karakter dan babak itu seharusnya sudah
dimunculkan. Namun, adegan per adegan film tak ditayangkan karakter melekat
pada tokoh. Pembawaan karakter tokoh ini (mungkin) dikarenakan beberapa tokoh
di sini terdapat keterbatasan dalam memahami dan menjalin ikatan agar terjalin
chemistry yang kuat (baik antar tokoh maupun kepada plot yang ada).
Walhasil, film ini sedikit membosankan jika melihat karakter tokoh namun
terlihat sempurna dengan babak tentang pendidikan dan kisah hidup di negeri
perbatasan.
Guru Yudis Sedang Mengendarai Alat Transportasi Laut (dok. Aku dan Hari Esok) |
Komentar
Posting Komentar