Semua Jenis Vaksin COVID-19 itu Efektif, InsyaAllah.
Diriku Saat Mengikuti Vaksin Secara Drivethru di RSUI (olah grafis : Sae) |
Aku pun mengalami hal yang sama di saat bulan Ramadan
menerima vaksin jenis pertama yaitu Sinovac. Aku masih beranggapan akankah ini
aman untuk diriku, bahkan sempat terpikir akankah vaksin ini semacam hoax.
Yups, saat itu hoax banyak bersebaran, jika divaksin akan sakit atau meninggal
misalnya. Namun, ikhtiarku setelah berdoa kepada Allah semoga vaksin ini aman.
Pun ikhtiarku bahwa aku harus bisa bertemu dengan segala macam orang termasuk
siswa-siswiku di sekolah. Akhirnya kujalani saja vaksinasi saat itu.
Ternyata, kala divaksin di RSUI secara drivethru di pagi
hari itu cukup membuahkan hasil. Aku hanya merasakan rasa sakit kepala beberapa
menit setelah divaksin. Lalu, rasa kantuk mendera setelah shalat Dzuhur. Walhasil
setelah tidur sejenak 15 menit, aku kembali pulih dan bisa berpuasa hingga
waktu berbuka di maghrib tiba.
Pun, hal yang sama terjadi ketika divaksin dosis kedua di 2
Juni 2021, setelah lebaran. Ya, berkumpul bersama beberapa guru untuk berangkat
bersama dengan drivethru. Dan efek setelah vaksin kedua justru aku tidak
merasakan apa-apa. Memang, kondisi setelah vaksin setiap orang berbeda-beda. Ternyata
hoax begitu menggiurkan, dan mengelabui masyarakat hingga saat ini.
Dan beberapa informasi tentang vaksin akhirnya kuikuti dan
mencoba memberikan pemahaman kepada khalayak, baik keluarga, tetangga, teman
terdekat, atau di media sosial. Bahkan aku juga menjadi buzzer dengan sukarela
(bahkan ada juga yang memberikan beberapa honor untuk informasi buzzerku). Dan
akhirnya pada Rabu, 15 September 2021 saat membuka youtube melihat ada live
streaming di kanal Berita KBR. Langsung saja, aku mengikuti sebuah talkshow seru
tersebut bertajuk Efektivitas Vaksin Covid-19 yang Digunakan di Indonesia.
Menarik juga untuk semakin menguatkan diriku untuk berkampanye agar Indonesia
bebas dari Covid-19. Dan bisa kembali ke sekolah untuk belajar mengajar hingga
ke jalan-jalan donk. Hihihi.
Suasana Talkshow Live Streaming Youtube (doc. Youtube KBR)
Webinar yang berlangsung selama 1 jam itu dipandu oleh Rizal
Wijaya dengan narasumber oleh perwakilan Kementerian Kesehatan melalui juru
bicaranya terkait Vaksinasi Covid-19 yaitu ibu dr. Siti Nadia Tarmizi, M.Epid
dan juga pembicara lainnya yaitu Pakar Vaksin ibu dr. Julitasari Sundoro, M.Sc,
MPH. Para ahli vaksin berbincang nih, menjadi bahan juga untuk berkampanye agar
INDONESIA lebih baik tanpa Covid-19 ya..
Ternyata, adanya perbedaan dalam penyebaran dosis vaksin di
Indonesia disesuaikan dengan datangnya vaksin ke Indonesia. Menurut rincian
data, bahwa adanya 62 kali vaksin dari berbagai negara yang berdatangan ke
Indonesia sejak Desember 2020 hingga September 2021. Secara terperinci yaitu di
Desember 2020, Indonesia kedatangan 3 juta dosis vaksin, dan di September 2021
ada 211 juta dosis vaksin yang datang ke Indonesia. Tentu saja angka tersebut
masih sedikit dan baru setengah dari total jumlah dosis vaksin di Indonesia
yaitu sekitar 426 juta dosis vaksin untuk disebar ke seluruh Indonesia.
Nah, dengan perbedaan tersebut, tentu saja langkah efektif
dan strategis yang dilakukan yaitu adanya penyebaran vaksinasi secara bertahap
ke seluruh wilayah di Indonesia. Dan memang masih difokuskan ke 7 Kabupaten
Kota di Jawa dan Bali. “Kita mulai di 7 Kabupaten Kota ini karena tingkat dan
jumlah pasien yang terpapar Covid-19 tertinggi di Indonesia. Selain itu, faktor
kepadatan penduduk juga menjadi pertimbangan, sisanya baru dibagikan ke
provinsi lainnya,” ujar dr Siti.
Pemaparan dr. Siti Nadia Tarmizi, M.Epid pada Talkshow (doc. Youtube KBR)
Sejauh Mana Efektivitas Vaksin di Indonesia?
Berbicara efektif, tentu saja donk. Masa masih pilah-pilih
vaksin untuk meningkatkan Herd Immunity. Dari siaran pers Badan Pengawasan Obat
dan Makanan (BPOM) bahwa hingga Agustus 2021 itu ada setidaknya 7 jenis vaksin yang
diizinkan penggunaan darurat di Indonesia, yaitu vaksin CoronaVac (Sinovac), Vaksin
AstraZeneca, Vaksin Moderna, Vaksin Comirnaty (Pfizer and BioNTech), Vaksin Sinopharm,
Vaksin Covid-19 Biofarma, dan Vaksin Sputnik-V. Dan pada 7 September 2021 yang
lalu, BPOM pun kembali mengizinkan penggunaan secara darurat dua produk vaksin
Covid-19 yang baru yaitu Vaksin Covid-19 Janssen dan Vaksin Covid-19
Convidecia. Jadi total jenis vaksin yang diizinkan penggunaan darurat di
Indonesia yaitu ada 9 jenis.
Lalu, ada sebagian masyarakat tuh yang masih saja termakan
informasi hoax bahwa vaksin A lebih baik dibanding vaksin B, atau vaksin dari
negara A lebih baik dari negara B. Haruskah berpikiran demikian. Terlalu picik
sih menurutku. Dalam pemahaman agama yang kumiliki, bahwa ketika kondisi
darurat, tentu saja penggunaan yang ada akan lebih baik dibanding harus
memilih-milih demikian. Dan kalau aku meniadakan/mengorbankan pemahaman agama,
aku pun akan kembali mencoba semua vaksin. Egois donk, nah ini tentu tidak
boleh. Dan selagi untuk Herd Immunity dalam tubuh itu terbangun, insyaAllah
akan bisa menangkah adanya Covid-19.
Senada dengan pendirianku ternyata dikuatkan oleh pakar
vaksin, yaitu bu dr. Julitasari Sundoro, M.Sc, MPH bahwa semua jenis vaksin itu
adalah sama baiknya. “Semua vaksin yang telah mendapat izin Emergency Use
Authorization (EUA) dari BPOM dan sudah direkomendasikan oleh Indonesia
Technical Advisory Group on Immunization (ITAGI) semuanya sama baiknya,, yang
membedakan hanya proses produksi di negara asal vaksin dibuat,” papar dr
Julitasari saat talkshow live streaming.
Pemaparan dr. Julitasari Sundoro, M.Sc, PI pada Talkshow (doc. Youtube KBR)
Sebuah pengalaman pun kembali terngiang. Saat setelah
dilaksanakan vaksin kedua, seorang teman yang tinggal di kawasan Jabodetabek,
terserang Covid-19. (kok bisa??? Ya bisa lah). Covid-19 kan sama halnya dengan
virus influenza, atau polio. Ada kalanya bisa terserang oleh virus ini meskipun
sudah divaksin. Dan kejadian temanku tersebut, yaitu terkena covid-19 di fase
kedua yaitu kemungkinan virus Covid-19 varian Delta menyerang. Di awal
dinyatakan positif Covid-19 setelah swab lalu temanku sekeluarga segera isolasi
mandiri. Lalu, lima hari kemudian temanku diswab lagi dan sudah negatif dari
covid-19. Kok bisa??? Ya bisa donk.
Tentu saja, hal itu dikarenakan kondisi temanku sudah
mempunyai Herd Immunity karena sudah vaksin hingga dua dosis jenis Sinovas. Dan
ini menjadi sebuah penguatan bahwa vaksin itu sama saja, kan tujuan utama
melaksanakan vaksin itu membangun Herd Immunity ya.
Penjelasan saat live streaming oleh dr. Julitasari pun
kembali menguatkan diriku. Bahwa menurut dr. Julitasari adanya kerancuan
informasi yang diterima masyarakat Indonesia. Dan hal tersebut juga adanya
kesalahpahaman akan makna istilah imunogenitas dan efikasi dalam pembacaan data
vaksin Covid-19. Penjelasan dari dr. Julitasari kemudian bahwa imunogenitas itu
yaitu kemampuan untuk memacu respon imun di dalam tubuh yang dapat dilihat dari
peningkatan kadar antibodi. Dan untuk efikasi itu sendiri yaitu estimasi
(perkiraan) dari hasil pemantauan penurunan angka kejadian infeksi pada
kelompok orang yang mendapat vaksin dibandingkan kelompok yang tidak mendapatkan
vaksin.
Oke deh, jadi semakin tercerahkan dan juga bisa mendapat
pemahaman nih bahwa vaksin itu sama saja seperti ungkapan dr. Julitasari: “Semua
vaksin sama baiknya kalau menunda-nunda untuk memilih vaksin lain yang sesuai
dengan keinginan tentu akan berakibat fatal dan berisiko bagi keluarga.
Daripada menyesal kemudian hari, selagi ada kesempatan vaksin, segerakanlah.”
Betul kan, alhamdulillah ikhtiar dariku ternyata sudah benar
melindungiku dan keluarga untuk tetap sehat dan Herd Immunity yang kuat. Dan akan
terus kukampanyekan bahwa vaksin itu efektif tanpa membeda-bedakan jenis
vaksin. Tentu saja, LEBIH BAIK PENCEGAHAN dengan PEMBERIAN VAKSIN donk,
dibanding harus TERPAPAR COVID-19 yang menyiksa.
Tabik..
flyer Talkshow Live Streaming Youtube Ruang Berita KBR berjudul Efektivitas Vaksin Covid-19 yang DIgunakan di Indonesia (doc. KBR)
Komentar
Posting Komentar