Semua Jenis Vaksin COVID-19 itu Efektif, InsyaAllah.

 

Diriku Saat Mengikuti Vaksin Secara Drivethru di RSUI (olah grafis : Sae)

 Gonjang-ganjing dengan adanya vaksinasi masih saja terus terjadi. Bahkan, di awal aku menerima dosis pertama vaksinasi yaitu di hari Kamis 5 Mei 2021 juga sama. Padahal, saat itu hanya ada vaksinasi jenis Sinovac saja, berbeda dengan saat ini selain Sinovac, yaitu adanya vaksin jenis Astra Zeneca, Pfizer, moderna ataupun Sinopharm. Nah, menjadi sebuah pertanyaan pula kok bisa berbeda-beda? Akankah itu efektif?

 

Aku pun mengalami hal yang sama di saat bulan Ramadan menerima vaksin jenis pertama yaitu Sinovac. Aku masih beranggapan akankah ini aman untuk diriku, bahkan sempat terpikir akankah vaksin ini semacam hoax. Yups, saat itu hoax banyak bersebaran, jika divaksin akan sakit atau meninggal misalnya. Namun, ikhtiarku setelah berdoa kepada Allah semoga vaksin ini aman. Pun ikhtiarku bahwa aku harus bisa bertemu dengan segala macam orang termasuk siswa-siswiku di sekolah. Akhirnya kujalani saja vaksinasi saat itu.

 

Ternyata, kala divaksin di RSUI secara drivethru di pagi hari itu cukup membuahkan hasil. Aku hanya merasakan rasa sakit kepala beberapa menit setelah divaksin. Lalu, rasa kantuk mendera setelah shalat Dzuhur. Walhasil setelah tidur sejenak 15 menit, aku kembali pulih dan bisa berpuasa hingga waktu berbuka di maghrib tiba.

 

Pun, hal yang sama terjadi ketika divaksin dosis kedua di 2 Juni 2021, setelah lebaran. Ya, berkumpul bersama beberapa guru untuk berangkat bersama dengan drivethru. Dan efek setelah vaksin kedua justru aku tidak merasakan apa-apa. Memang, kondisi setelah vaksin setiap orang berbeda-beda. Ternyata hoax begitu menggiurkan, dan mengelabui masyarakat hingga saat ini.

 

Dan beberapa informasi tentang vaksin akhirnya kuikuti dan mencoba memberikan pemahaman kepada khalayak, baik keluarga, tetangga, teman terdekat, atau di media sosial. Bahkan aku juga menjadi buzzer dengan sukarela (bahkan ada juga yang memberikan beberapa honor untuk informasi buzzerku). Dan akhirnya pada Rabu, 15 September 2021 saat membuka youtube melihat ada live streaming di kanal Berita KBR. Langsung saja, aku mengikuti sebuah talkshow seru tersebut bertajuk Efektivitas Vaksin Covid-19 yang Digunakan di Indonesia. Menarik juga untuk semakin menguatkan diriku untuk berkampanye agar Indonesia bebas dari Covid-19. Dan bisa kembali ke sekolah untuk belajar mengajar hingga ke jalan-jalan donk. Hihihi.

 

Suasana Talkshow Live Streaming Youtube (doc. Youtube KBR)

Webinar yang berlangsung selama 1 jam itu dipandu oleh Rizal Wijaya dengan narasumber oleh perwakilan Kementerian Kesehatan melalui juru bicaranya terkait Vaksinasi Covid-19 yaitu ibu dr. Siti Nadia Tarmizi, M.Epid dan juga pembicara lainnya yaitu Pakar Vaksin ibu dr. Julitasari Sundoro, M.Sc, MPH. Para ahli vaksin berbincang nih, menjadi bahan juga untuk berkampanye agar INDONESIA lebih baik tanpa Covid-19 ya..

 

 Pada pemaparan awal talkshow yang merupakan kerjasama KBR, PMI dan IFRC itu, dikatakan oleh dr. Siti bahwa hingga saat ini, yaitu 15 September 2021, jumlah dosis vaksin baik dosis satu, dua maupun tiga, yang telah disuntikkan ke masyarakat yaitu sebanyak 118 juta dosis dengan rincian yaitu dosis pertama sebanyak 74 juta, dosis kedua sebanyak 42,9 juta dan dosis ketiga sebanyak 820 ribu vaksin, dan akan terus bertambah dan meningkat jumlah yang disuntikkan. Hal ini merupakan langkah pemerintah yang sangat bermanfaat untuk masyarakat agar mencapai Herd Immunity.  

 

Ternyata, adanya perbedaan dalam penyebaran dosis vaksin di Indonesia disesuaikan dengan datangnya vaksin ke Indonesia. Menurut rincian data, bahwa adanya 62 kali vaksin dari berbagai negara yang berdatangan ke Indonesia sejak Desember 2020 hingga September 2021. Secara terperinci yaitu di Desember 2020, Indonesia kedatangan 3 juta dosis vaksin, dan di September 2021 ada 211 juta dosis vaksin yang datang ke Indonesia. Tentu saja angka tersebut masih sedikit dan baru setengah dari total jumlah dosis vaksin di Indonesia yaitu sekitar 426 juta dosis vaksin untuk disebar ke seluruh Indonesia.

 

Nah, dengan perbedaan tersebut, tentu saja langkah efektif dan strategis yang dilakukan yaitu adanya penyebaran vaksinasi secara bertahap ke seluruh wilayah di Indonesia. Dan memang masih difokuskan ke 7 Kabupaten Kota di Jawa dan Bali. “Kita mulai di 7 Kabupaten Kota ini karena tingkat dan jumlah pasien yang terpapar Covid-19 tertinggi di Indonesia. Selain itu, faktor kepadatan penduduk juga menjadi pertimbangan, sisanya baru dibagikan ke provinsi lainnya,” ujar dr Siti.

 

Pemaparan dr. Siti Nadia Tarmizi, M.Epid pada Talkshow (doc. Youtube KBR)

Sejauh Mana Efektivitas Vaksin di Indonesia?

 

Berbicara efektif, tentu saja donk. Masa masih pilah-pilih vaksin untuk meningkatkan Herd Immunity. Dari siaran pers Badan Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM) bahwa hingga Agustus 2021 itu ada setidaknya 7 jenis vaksin yang diizinkan penggunaan darurat di Indonesia, yaitu vaksin CoronaVac (Sinovac), Vaksin AstraZeneca, Vaksin Moderna, Vaksin Comirnaty (Pfizer and BioNTech), Vaksin Sinopharm, Vaksin Covid-19 Biofarma, dan Vaksin Sputnik-V. Dan pada 7 September 2021 yang lalu, BPOM pun kembali mengizinkan penggunaan secara darurat dua produk vaksin Covid-19 yang baru yaitu Vaksin Covid-19 Janssen dan Vaksin Covid-19 Convidecia. Jadi total jenis vaksin yang diizinkan penggunaan darurat di Indonesia yaitu ada 9 jenis.

 

Lalu, ada sebagian masyarakat tuh yang masih saja termakan informasi hoax bahwa vaksin A lebih baik dibanding vaksin B, atau vaksin dari negara A lebih baik dari negara B. Haruskah berpikiran demikian. Terlalu picik sih menurutku. Dalam pemahaman agama yang kumiliki, bahwa ketika kondisi darurat, tentu saja penggunaan yang ada akan lebih baik dibanding harus memilih-milih demikian. Dan kalau aku meniadakan/mengorbankan pemahaman agama, aku pun akan kembali mencoba semua vaksin. Egois donk, nah ini tentu tidak boleh. Dan selagi untuk Herd Immunity dalam tubuh itu terbangun, insyaAllah akan bisa menangkah adanya Covid-19.

 

Senada dengan pendirianku ternyata dikuatkan oleh pakar vaksin, yaitu bu dr. Julitasari Sundoro, M.Sc, MPH bahwa semua jenis vaksin itu adalah sama baiknya. “Semua vaksin yang telah mendapat izin Emergency Use Authorization (EUA) dari BPOM dan sudah direkomendasikan oleh Indonesia Technical Advisory Group on Immunization (ITAGI) semuanya sama baiknya,, yang membedakan hanya proses produksi di negara asal vaksin dibuat,” papar dr Julitasari saat talkshow live streaming.

 

Pemaparan dr. Julitasari Sundoro, M.Sc, PI pada Talkshow (doc. Youtube KBR)

Sebuah pengalaman pun kembali terngiang. Saat setelah dilaksanakan vaksin kedua, seorang teman yang tinggal di kawasan Jabodetabek, terserang Covid-19. (kok bisa??? Ya bisa lah). Covid-19 kan sama halnya dengan virus influenza, atau polio. Ada kalanya bisa terserang oleh virus ini meskipun sudah divaksin. Dan kejadian temanku tersebut, yaitu terkena covid-19 di fase kedua yaitu kemungkinan virus Covid-19 varian Delta menyerang. Di awal dinyatakan positif Covid-19 setelah swab lalu temanku sekeluarga segera isolasi mandiri. Lalu, lima hari kemudian temanku diswab lagi dan sudah negatif dari covid-19. Kok bisa??? Ya bisa donk.

 

Tentu saja, hal itu dikarenakan kondisi temanku sudah mempunyai Herd Immunity karena sudah vaksin hingga dua dosis jenis Sinovas. Dan ini menjadi sebuah penguatan bahwa vaksin itu sama saja, kan tujuan utama melaksanakan vaksin itu membangun Herd Immunity ya.

 

Penjelasan saat live streaming oleh dr. Julitasari pun kembali menguatkan diriku. Bahwa menurut dr. Julitasari adanya kerancuan informasi yang diterima masyarakat Indonesia. Dan hal tersebut juga adanya kesalahpahaman akan makna istilah imunogenitas dan efikasi dalam pembacaan data vaksin Covid-19. Penjelasan dari dr. Julitasari kemudian bahwa imunogenitas itu yaitu kemampuan untuk memacu respon imun di dalam tubuh yang dapat dilihat dari peningkatan kadar antibodi. Dan untuk efikasi itu sendiri yaitu estimasi (perkiraan) dari hasil pemantauan penurunan angka kejadian infeksi pada kelompok orang yang mendapat vaksin dibandingkan kelompok yang tidak mendapatkan vaksin.

 

Oke deh, jadi semakin tercerahkan dan juga bisa mendapat pemahaman nih bahwa vaksin itu sama saja seperti ungkapan dr. Julitasari: “Semua vaksin sama baiknya kalau menunda-nunda untuk memilih vaksin lain yang sesuai dengan keinginan tentu akan berakibat fatal dan berisiko bagi keluarga. Daripada menyesal kemudian hari, selagi ada kesempatan vaksin, segerakanlah.”

 

Betul kan, alhamdulillah ikhtiar dariku ternyata sudah benar melindungiku dan keluarga untuk tetap sehat dan Herd Immunity yang kuat. Dan akan terus kukampanyekan bahwa vaksin itu efektif tanpa membeda-bedakan jenis vaksin. Tentu saja, LEBIH BAIK PENCEGAHAN dengan PEMBERIAN VAKSIN donk, dibanding harus TERPAPAR COVID-19 yang menyiksa.

 

Tabik..

 

 

 

flyer Talkshow Live Streaming Youtube Ruang Berita KBR berjudul Efektivitas Vaksin Covid-19 yang DIgunakan di Indonesia (doc. KBR)

 

Komentar

Postingan Populer