Tak Ada Lagi Diskriminasi deh.. Yakin Disabilitas Siap Kerja!
Halo teman-teman, di saat yang seru pagi hari, pada Kamis 30
Juni 2022 yang penuh berkah enaknya tentu saja berselancar pada kanal Youtube.
Menyaksikan sebuah fenomena terkini tentang dunia. Saat berselancar aku
terkejut akan adanya sebuah info terkait Para Games 2022 yang akan dilaksanakan
di Indonesia lho. Sebuah tanyaku dari dalam hati yaitu akankah ini menjadi
peluang yang sangat baik bagi penyandang disabilitas
Dalam kesempatan yang sama akhirnya aku berselancar kembali ke
akun Youtube Berita KBR yang sedang membahas sebuah tema “Rehabilitasi Sosial
Yang Terintegrasi dalam Membentuk OYPMK dan Disabilitas Siap Bekerja dan
Berdaya”. Aku pun segera menyimak pembahasan yang menarik tersebut. Ada sebuah
korelasi yang menarik yang akan dibahas.
Teman-teman, seringkali kita dapati adanya sebuah
diskriminasi terhadap penyandang disabilitas dan kusta. Bahkan lebih dari itu,
beraneka stigma satu hingga stigma lainnya. Miris sebenarnya terkait hal
tersebut. Padahal dalam setiap agama manapun tidak diperbolehkan adanya
perbedaan-perbedaan hingga perlakuan yang tidak baik terhadap kondisi fisik
manusia lainnya.
Dengan sebuah perbedaan hingga pada kondisi fisik dan lebih
parah tidak memenuhi hak rezekinya bagi manusia tersebut merupakan suatu yang
salah. Dalam ketentuan perundang-undangan juga tidak dibenarkan adanya
demikian. Kita cek berdasarkan Undang-undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang
Ketenagakerjaan, Pasal 5 : “Setiap tenaga kerja memiliki kesempatan yang sama
tanpa diskriminasi untuk mendapatkan pekerjaan”
Antara pembuat kebijakan dan kondisi di lapangan ternyata
berbeda jauh lho. Masih ada juga Orang Yang Pernah Menderita Kusta (OYPMK)
bahkan Disabilitas dianggap tidak memiliki kemampuan untuk bersaing di dunia
kerja. Menurut Tety Sianipar selaku Direktur Program Kerjabilitas adanya
kesenjangan dalam dunia kerja bagi disabilitas dan OYPMK yaitu pada stigma yang
terjadi di masyarakat. Lebih dari hal tersebut yaitu adanya keraguan bahwa
disabilitas tidak bisa bekerja, tidak bisa ke luar rumah, hingga tidak mampu
berangkat kerja dari rumah menuju ke kantor. “Mereka ragu, bukan melakukan
diskriminasi,” pungkas Bu Tety.
Jika ingin melihat lebih jauh sebenarnya untuk kaum
disabilitas ini banyak juga yang sukses dalam pendidikan lho. Saya pribadi
pernah mendapati beberapa disabilitas telah berjuang menyelesaikan studinya
sebagai sarjana. Pengalaman yang saya miliki ini juga diungkapkan oleh Bu Tety bahwa
adanya gap pemahaman dalam dunia kerja dengan kawan-kawan disabilitas. “Tak
sedikit penyandang disabilitas yang lulusan sarjana, ini didukung dengan
beberapa perguruan tinggi dan universitas yang membuka peluang untuk mahasiswa
yang menyandang disabilitas.”
Bergerak dari hal tersebut, lahirlah Kerjabilitas di bawah
lembaga Saujana. Fokus pada sebuah upaya untuk membangkitkan daya juang
disabilitas di dunia kerja, Kerjabilitas pun berharap disabilitas bisa betah di
dunia kerja serta mendukung perekonomian dirinya maupun target perusahaan.
Oleh sebab itu, kerjabilitas pun berupaya memberikan
edukasi, sosialisasi, serta pemahaman ke perusahaan-perusahaan bahwa
disabilitas dan OYPMK bisa bekerja. Upaya yang dilakukan dengan memberikan
pemahaman tentang pengertian disabilitas, upaya interaksi dengan penyandang
disabilitas, hingga etika tatkala berinteraksi dengan kaum disabilitas. “Dengan
upaya tersebut, jadi perusahaan tidak berpikir bahwa merekrut disabilitas itu
sebagai ‘cost’,” tutur Tety.
Bergerak dengan upaya di dunia kerja, ternyata Para Games juga
bisa berikan bukti bahwa kaum disabilitas itu bisa berdaya dan berkarya, lho. “Para
games itu lumayan menimbulkan awareness di
Indonesia, bahwa kawan disabilitas ada tidak hanya dalam rumah tapi berkarya.”
Kerjabilitas juga berupaya untuk memberikan sebuah pelatihan
kepada disabilitas agar bisa berdaya dengan hard skill maupun soft skill. “Hard
skill dengan kemampuan atau keahlian secara teknis, dan soft skill dengan
keahlian yang berkaitan dengan kepribadian seseorang seperti kemampuan
berkomunikasi, kepribadian, hingga kerjasama dengan orang lain.”
Dengan adanya sebuah upaya yang komprehensif ternyata tidak
ada lagi namanya perbedaan hingga stigma negatif, donk. Dan ini harus sudah
menjadi sebuah pembuktian di negeri INDONESIA tercinta ya. Semangat
berkolaborasi.
Komentar
Posting Komentar